Beranda » Agama » Doa Lafadz Niat Puasa Ramadhan Arab dan Artinya Yang Benar

Doa Lafadz Niat Puasa Ramadhan Arab dan Artinya Yang Benar

jumanto.com – Doa Lafadz Niat Puasa Ramadhan Arab Beserta Artinya. Niat merupakan rukun ibadah, di mana ibadah tidak akan sah jika tidak ada niat, sesuai dengan hadis, “hanya saja segala sesuatu itu tergantung kepada niatnya”. Oleh karena itu, mau puasa ganti karena haid, nifas, batal, atau mau puasa senin kamis, ayamul bid, dan puasa sunnah lainnya, niat ini menjadi wajib.

Puasa yang tidak didasari niat maka puasanya tidak sah, dan harus diganti atau qodho di hari yang lain.

Di dalam madzhab Syafi’i sendiri, niat puasa wajib dilakukan setiap malam, untuk niat puasa Ramadhan keesokan harinya.

Jadi, di dalam madzhab Syafi’i, niat puasa satu bulan di awal Ramadhan, atau niat puasa 30 hari di awal bulan Ramadhan, itu belum mencukupi, karena masing-masing puasa setiap harinya merupakan ibadah terpisah sehingga niatnya pun terpisah.

Bukankah puasa Ramadhan satu hari jika batal tidak mempengaruhi kesahan puasa Ramadhan hari yang lain?

Karena itu, ibadah puasa Ramadhan tiap harinya adalah ibadah terpisah sehingga butuh niat sendiri-sendiri tidak cukup jika dilakukan di awal bulan saja, melainkan harus tiap malam.

Namun, di dalam Madzhab lain, seperti dituliskan oleh Buya Yahya di buku Fiqih Puasa Praktis, di dalam Madzhab Imam Malik, boleh niat puasa Ramadhan 30 hari/29 hari/1 bulan dilakukan di awal Ramadhan, dengan catatan di tengahnya tidak ada bolong puasa karena batal, semisal haid.

Jika ada yang batal, maka saat mau puasa lagi, wajib diniatkan puasa lagi.

Kesepakatan Ulama, Tempat Niat Puasa ada Di Dalam Hati

Ulama 4 Madzhab sepakat bahwa letaknya niat adalah di dalam hati, oleh karena itu wajib menghadirkan niat di dalam hati.

Niat ibadah apa pun, letaknya ada di dalam hati, selama hati tidak menghadirkan niat, meskipun lisan mengucapkan, maka niatnya dianggap tidak sah, karena niat itu letaknya di hati.

Demikian halnya dengan letak niat puasa Ramadhan, letaknya juga di dalam hati, dan hati harus menghadirkan niat puasa agar puasa yang kita lakukan hukumnya sah.

Definisi niat di dalam kitab fiqih biasanya disebutkan sebagai “menyengajakan melakukan sesuatu yang dibarengkan dengan awal melakukan perbuatan”.

Hukum Melafadzkan Niat Puasa Ramadhan, Bolehkah?

Di antara kita pasti sering bertanya: bolehkah melafadzkan niat puasa Ramadhan dengan lisan?

Apalagi setelah mendengar statemen saudara kita kaum Salafy Wahabi, pasti kita jadi lebih bertanya-tanya lagi, apakah mengucapkan niat puasa Ramadhan bid’ah dan masuk neraka?

Wah, berat ni, masa mengucapkan niat kok masuk neraka. Duh, ngomong baik saja (ngucapkan niat, bukan berkata kotor), masuk neraka ya 😀

Nah, terkait dengan talafudz niat baik itu sholat, puasa, maupun ibadah lainnya, memang ada perbedaan pendapat di kalangan ulama, so, berlapang dadalah pada perbedaan pendapat dalam masalah furu’iyah, jangan sebentar-bentar vonis neraka, memangnya surga dan neraka itu milik ente.

Inilah alasan mengapa talafudz niat boleh

Talafudz niat di dalam madzhab Syafi’i itu memang boleh, dalam rangka memperkuat hati saat berniat.

Tulisan ini saya ambil dari penjelasan Ustadz Ma’ruf Khozin yang bisa kalian baca di situs aswajacenternujatim.

Mengucapkan niat dalam sebuah ibadah adalah hasil ijtihad Imam Syafi’i sebagaimana disebutkan oleh salah seorang Ulama:

أَخْبَرَنَا ابْنُ خُزَيْمَةَ ، ثنا الرَّبِيعُ قَالَ : ” كَانَ الشَّافِعِيُّ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْخُلَ فِي الصَّلاةَ قَالَ : بِسْمِ اللَّهِ ، مُوَجِّهًا لَبَيْتِ اللَّهِ مُؤْدِيًا لِفَرْضِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ اللَّهُ أَكْبَرُ ” .

 

Ibnu al-Muqri berkata: “Ibnu Khuzaimah telah bercerita kepada kami, Rabi’ al-Muradi telah bercerita kepada kami, bahwa jika Syafi’i akan shalat, ia berkata: Bismillah, aku menghadap ke Ka’bah, melaksanakan kewajiban Allah Azza wa Jalla Allahu Akbar” (Mu’jam Ibni al-Muqri)

Niat yang dilakukan oleh Imam Syafi’i ini kemudian diqiyaskan (disamakan) dengan niat ibadah lainnya dalam rukun Islam seperti puasa, haji, zakat.

Nabi juga melafadzkan niat puasa

Salah satu dalil bolehnya mengucapkan niat puasa Ramadhan menggunakan lisan adalah karena Nabi juga mengucapkan niat puasa sunnah yang beliau lakukan, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:

ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺃﻡ اﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ، ﻗﺎﻟﺖ: ﺩﺧﻞ ﻋﻠﻲ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺫاﺕ ﻳﻮﻡ ﻓﻘﺎﻝ: «ﻫﻞ ﻋﻨﺪﻛﻢ ﺷﻲء؟» ﻓﻘﻠﻨﺎ: ﻻ، ﻗﺎﻝ: «ﻓﺈﻧﻲ ﺇﺫﻥ ﺻﺎﺋﻢ»

Dari Aisyah Rodliyallahu ‘anha ummul mu’minin, ia berkata, suatu hari nabi datang kepadaku, maka Nabi bertanya: “Apa ada makanan bersama kalian?”. Kami jawab: “Tidak ada”. Nabi menjawab: “Kalau begitu saya puasa” (HR Muslim)

Nah, di sini nabi melafadzkan niat puasa dengan mengatakan: fainni idzan shooim (kalau begitu saya berpuasa)

Jadi, di dalam Madzhab Syafi’i, mengucapkan niat berpuasa itu diperbolehkan.

Selain dalil hadis di atas, hadis lainnya yang digunakan sebagai rujukan mengenai melafalkan niat puasa Ramadhan adalah hadis terkait umrah dan hajinya Nabi sebagai berikut:

قاﻝ ﺃﻧﺲ ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ: «ﻟﺒﻴﻚ ﻋﻤﺮﺓ ﻭﺣﺠﺎ»

Anas berkata, aku mendengar Rasulullah SAW berkata: “Aku penuhi panggilan Mu dengan Umrah dan Haji” (HR Muslim)

Melafalkan niat hajinya Rasul disini kemudian diqiyaskan kepada ibadah lainnya, sehingga melafalkan niat puasa Ramadhan atau sholat lima waktu pun hukumnya boleh.

Doa Lafadz Niat Puasa Ramadhan Arab Beserta Artinya, yang Benar Romadhona atau Romadhoni?

Setelah membahas kebolehannya mengucapkan niat puasa Ramadhan, sekarang kita bahas doa lafadz niat puasa Ramadhan Arabnya, apakah menggunakan Romadlona atau Romadloni.

Sebenarnya, dua-duanya bisa digunakan, tapi efeknya kepada kalimat hadzihissanati dan hadzihissanata.

doa lafadz niat puasa ramadhan arab
doa lafadz niat puasa ramadhan arab

Jika menggunakan Romadloni, maka hadzihissanati, jika Romadlona, maka hadzihissanata

Jika kita menggunakan lafadz niat puasa Ramadhan Arab Romadhoni, seperti di bawah ini, maka memakai hadzihissanati

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Kenapa menggunakan Romadhoni?

Hal ini dijelaskan dalam kitab I’anatut Tholibin sebagai berikut:

يقرأ رمضان بالجر بالكسرة لكونه مضافا إلى ما بعده وهو إسم الإشارة

Lafadz Romadhon dibaca jer dengan KASROH (romadhoni) karena keadaannya menjadi mudhof kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh.

Jika ladadz romadhon hanya menjadi mudhof ilaih, maka ia dibaca Romadhona, tapi karena ia menjadi mudhof ilaih dari lafadz syahri dan menjadi mudhof dari lafadz hadzihissanati, maka ia dibaca kasroh (Romadhoni), bukan fathah (Romadhona).

Kaidah ini disebutkan dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik:

و جر بالفتحة مالا ينصرف مالم يضف او يك بعد ال ردف

Setiap isim ghoiru munsharif dijerkan dengan harakat fathah, selama tidak mudlof (diidlofahkan) atau tidak jatuh sesudah al.

Lafadz Romadhon sendiri merukan isim Ghoiru Munshorif, karena dia menjadi mudhof dari hadzihissanati maka dia tidak dijerkan dengan fathah, tapi menggunakan kasroh.

Lalu bagaimana jika ingin menggunakan Romadhona?

Jika ingin membaca menggunakan redaksi Romadhona, maka lafadz hadzihissanati harus diganti dengan lafadz hadzihissanata, selengkapnya berikut ini:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى

Hadzihissanata di sini tidak berkedudukan lagi sebagai mudhof ilaih dari lafadz Romadhona, tetapi sebagi dharaf zaman/keterangan waktu.

Karena kedudukan Romadhon tidak lagi sebagai mudhof, melainkan hanya sebagai mudhof ilaih dari lafadz syahr, maka dia dibaca jer (karena menjadi mudhof ilaih) dan menggunakan fathah, bukan kasroh (karena tidak menjadi mudhof).

Kalau yang gak pernah belajar nahwu pasti rada pusing bacanya hehehe.

Arti lafadz niat puasa Ramadhan di atas kurang lebih “aku niat puasa Ramadhan esok hari untuk melaksanakan fardhu bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah yang Maha Tinggi”.

Akhir Kata

Nah, kiranya itulah Doa Lafadz Niat Puasar Ramadhan yang benar menurut kaidah ilmu nahwu, serta artinya, mudah-mudahan bermanfaat. Baca juga: Niat Puasa Ramadhan yang benar.