Beranda » Agama » Kisah Sejarah Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Kisah Sejarah Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

jumanto.com – Kisah Sejarah Isra’ Mi’raj. Berbagai amalan dilakukan oleh Umat Islam menyambut perayaan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Salah satu cara untuk menggali makna Isra Mi’raj adalah dengan menggelar pengajian, mengenal sejarah Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Kita bisa mengambil banyak hikmah dari kisah perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram, lanjut ke Masjidil Aqsha dan kemudian ke Sidratul Muntaha. Kisah perjalanan isra mi’raj lengkap pun ditanggapi dengan tanggapan berbeda oleh kaum Quraisy pada masa itu.

Belajar kisah sejarah cerita isra mi’raj ini memang semestinya disampaikan untuk anak anak hingga orang dewasa agar senantiasa kita bisa mengambil pelajaran darinya sekaligus mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala.

Peristiwa isra dan mi’raj sendiri mungkin susah dimasukkan akal, susah dimasukkan logika menurut sains masa itu, sehingga banyak yang menertawakan saat Nabi menceritakan kisah perjalanan yang baru saja dialaminya.

Peristiwa isra mi’raj menurut sains masa itu mungkin tidak masuk akal, tapi agama ini semata-mata bukan untuk dilogikakan, sehingga hal-hal ghaib lantas tidak dipercayai.

Pada kesempatan kali ini saya ingin menuliskan kembali, kisah sejarah Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang saya dapatkan saat mengaji bersama Ustadz Shodiqin, di pembacaan kitab Dardir Mi’raj karya Syech Najmudin Al Haiti.

Baca juga: Manfaat Pernikahan dalam Islam.

Dalil Al Quran tentang Isra Mi’raj, Surat Al Isra Ayat 1

Isra dan mi‘raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terjadi di malam hari sesuai dengan dalil Al Quran Surat Al Isra Ayat Pertama sebagai berikut:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Ayat di atas telah jelas menjadi dalil bahwa peristiwa isra mi’raj ternadi di malam hari, namun tidak satu malam suntuk.

Makna Pengertian Isra Mi’raj

Isra adalah perjalanan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Masjidil Haram terletak di Mekah dan Masjidil Aqsha ada di Palestian.

Jarak dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha sekitar dari Lampung ke Surabaya.

Sementara Mi’raj adalah perjalanan udara, diangkatnya Nabi dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha, melewati 7 lapisan langit.

Nabi dibawa ke tempat yang mana tidak ada satu makhluk pun yang pernah datang ke tempat itu, dalam rangka menerima perintah shalat lima waktu, yang awalnya diperintahkan 50 waktu, lalu dinego jadi 5 waktu.

Baca juga: Keutamaan Shalat Isya dan Subuh Berjamaah.

Kisah Sejarah Perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Kapan Terjadinya?

Pengajian membahas peristiwa isra mi’raj dimulai dari pembahasan pengertian lalu dilanjutkan dengan kapan terjadinya peristiwa yang menjadi salah satu mu’jizat Rasul ini.

Menurut pendapat yang paling dikenal, Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terjadi pada 1 tahun sebelum Rasul Hijrah, atau pada tahun ke sepuluh setelah Nabi diutus menjadi Rasul.

Peristiwa Isra Mi’raj sendiri menurut pendapat yang selama ini kita pakai, terjadi pada tanggal 27 Rajab, pada hari Itsnain.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa Rasul saat itu sedang tidur sendirian di rumah Ummu Hani, saudara kandung dari Sayyidina Ali karromallahu wajhah. Ada juga pendapat yang menyebutkan saat itu Nabi sedang berada di sekitar Masjidil Haram, di sekitar Hijr Ismail, ditemani dua orang sahabatnya yaitu Hamzah dan Ja’far bin Abi Thalib).

Kisah Sejarah Isra Mi'raj Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam
Ilustrasi Galaksi Bima Sakti di Langit (Pixabay)

Mempercayai Perjalanan Isra Rasulullah Hukumnya Wajib, Tidak Percaya Kepadanya Maka Hukumnya Kufur

Peristiwa Isra Mi’raj merupakan sebuah peristiwa yang terkait dengan keimanan seseorang.

Oleh karena itu, mempercayai Isra Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam hukumnya wajib.

Seseorang yang tidak percaya dengan kebenaran peristiwa ini, dihukumi kufur, keluar dari agama Islam.

Sama halnya dengan seseorang yang tidak percaya bahwa shalat itu wajib, dia sudah keluar agama Islam, tidak perlu dishalati saat mati, dan tidak dikuburkan di kuburan orang Islam.

Dalam mempercayai Isra Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam, pendapat ahlus sunnah wal jamaah adalah bahwa Nabi melakukan Isra Miraj menggunakan jasad dan ruhnya.

Pendapat ini berbeda dengan pendapat kaum mu’tazilah yang memandang hanya ruh Nabi saja yang melakukan perjalanan isra dan miraj.

Orang Yang Pertama Kali Percaya Isra dan Mi’raj Nabi Adalah Sayyidina Abu Bakar

Sepulang Rasulullah dari perjalanan Isra Miraj, cerita ini membuat kaum Quraisy geger. Mereka mengingkari peristiwa ini karena sama sekali tidak masuk akal.

Kaum Quraisy pun mengejek Rasul, dengan menyuruh Rasul mengangkat satu kaki. Rasul bisa. Lalu disuruh angkat dua kaki, dan Rasul pun tidak bisa mengangkat kedua kaki, lalu diejeklah Rasul karena ini.

Bagaimana mungkin dalam semalam bisa ke langit sementara mengangkat kedua kaki saja tidak bisa? Begitu kata kaum kafir Quraisy.

Namun, Shahabat Abu Bakar yang mendengar cerita ini, langsung mengatakan “Aku percaya dengan apa yang dikatakan Muhammad. Bahkan jia Ia mengatakan yang lebih heboh lagi dari ini, saya percaya”.

Dari sinilah, akhirnya Abu Bakar mendapatkan gelar Ash Shidiq. Gelar ini hanya diberikan kepada Abu Bakar, tidak kepada shahabat yang lain.

Jadi gelar Ash Shidiq tidak diberikan kepada Sayyidina Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali. Gelar ini khusus untuk Abu Bakar.

Setelah itu, orang-orang Quraisy meminta Nabi untuk menceritakan seperti apa keadaan Masjidil Aqsha. Nabi yang tidak terlalu memperhatikan keadaan saat isra, tidak bisa menceritakan.

Namun, Allah kemudian menampakan gambaran Masjidil Aqsha di hadapan Nabi, sehingga Nabi pun bisa menceritakan kondisi Masjidil Aqsha dengan sebenar-benarnya, sesuai gambaran yang ditampakan Allah.

Keistimewaan Abu Bakar Ash Shidiq

Jika amalan umat dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seluruhnya dikumpulkan, masih berat timbangan amal Sayyidina Abu Bakar Ash Shidiq

Ini menandakan betapa besar amalan dari Sayyidina Abu Bakar. Nah, amalan kita seperti apa?

Bahkan di Kitab Nashaihul ‘Ibad disebutkan, ada sebuah hadits, di mana Rasul bertanya kepada malaikat Jibril:

“Beritahukan kepadaku tentang kebaikan Umar”

Jibril kemudian menjawab: Jika laut menjadi tintanya, dan seluruh pepohonan menjadi penanya, aku tidak dapat menghitungnya (kebaikan Umar tidak bisa dituliskan dengan seluruh pepohonan yang jadi pena dan air laut menjadi tinta).

Lalu rasul kembali bertanya, “beritahukan kepadaku kebaikan Abu Bakar”.

Malaikat Jibril menjawab:

Kebaikan Umar adalah hanya salah satu dari Kebaikan-kebaikan yang Dimiliki Abu Bakar

Nah, betapa banyak kebaikan dari Abu Bakar, sahabat yang pertama kali percaya kisah isra mi’raj Nabi?

Kendaraan Yang Digunakan Nabi Saat Isra Miraj

Nabi melakukan perjalanan Isra Mi’raj menggunakan Buraq, hewan yang memiliki keistimewaan dan keunikan.

Buraq memiliki sayap di bagian belakang.

Istimewanya Buraq adalah karena dia selalu menjaga agar yang naik di atasnya, senantiasa rata. Jika jalanan menanjak, Buraq akan menaikkan kaki belakangnya sehingga yang naik akan merasa rata, tidak miring.

Sebaliknya, jika sedang turun Buraq akan mengangkat kaki belakangnya.

Baca lengkapnya: Apa Itu Buraq?

Nabi Menyaksikan Berbagai Hal Nyata Dan Gambaran Selama Isra Mi’raj

Dalam perjalanan Isra dan Miraj, Nabi melihat peristiwa dan hal yang nyata serta yang masih berupa gambaran seperti:

  • Nabi melihat Jin Ifrith, yang kemudian diajarkan doa oleh Malaikat Jibril sehingga jin tersebut kemudian terbakar.
  • Nabi melihat orang yang kepalanya pecah dilempar batu, lalu utuh kembali, pecah lagi dilempar batu, dan seterusnya. Itu adalah gambaran bagi orang yang berat melaksanakan shalatnya.
  • Nabi mencium bau wangi, dan ternyata itu bau wanginya Siti Masyithah, perempuan beriman yang direbus oleh Firaun bersama keluarganya karena mengakui Allah sebagai Tuhannya.
  • Nabi melihat orang berkuku panjang dari tembaga mencakar-cakar muka mereka, ini adalah gambaran orang yang suka mengumpat perbuatan orang lain padahal ia sendiri melakukan.
  • Nabi melihat orang yang dipotong lidah dan mulutnya dari gunting besi, begitu seterusnya berulang ulang. Ini adalah gambaran dai yang suka ceramah, tapi tidak mengamalkan ceramahnya.
  • Nabi melihat orang membawa kayu bakar, tapi selalu menambah kayu bakarnya padahal ia tidak kuat. Ini gambaran pejabat yang rakus jabatan.
  • Nabi melihat orang yang memanen tanaman, setelah dipanen tumbuh kembali, dipanen lagi dan seterusnya. Ini gambaran orang yang rajin sedekah.
  • Nabi melihat orang yang makan pohon dhari’ (kering dan berduri), dan zaqqum (pahit), dan batu panas. ini gambaran orang yang enggan bersedekah.
  • dan beberapa gambaran lainnya.

Hikmah Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Adalah Diperintahkan Shalat Lima Waktu

Hasil terbesar dari peristiwa Isra dan Mi’raj yang disebutkan dalam Al Quran adalah, Nabi membawa pesan penting yang disampaikan langsung oleh Allah berupa perintah kewajiban shalat lima waktu.

Shalat ini istimewa, karena satu-satunya ibadah yang diperintahkan langsung oleh Allah tanpa perantara malaikat Jibril.

Ibadah yang lain seperti puasa, zakat, haji dan sebagainya, diperintahkan lewat perantara Malaikat Jibril.

Karena shalat ini begitu istimewa, wajar jika kedudukannya sangat tinggi.

Shalat ini tiang agama. Siapa yang menegakkan shalat maka dia menegakkan agama. Siapa yang meninggalkan shalat, dia adalah penghancur agama.

Dosa mana yang lebih kecil dari orang yang mengahancurkan agama Islam?

Oleh karena itu, makna paling penting dari peringatan isra miraj, bukan sekedar ucapan selamat memperingati Isra Mi’raj, tapi menggali isi yang terkandung di dalamnya, dan mengambil pelajaran dari berbagai kejadian yang terjadi.

Kesimpulan Peristiwa Isra Mi’raj Secara Singkat

27 Rajab, Nabi Isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu Mi’raj ke Sidratul Muntaha, membawa pesan kewajiban shalat.

Dalam perjalanan, Nabi naik Buraq, dan menyaksikan berbagai kejadian, serta gambaran, termasuk pilihan meminum susu, air putih, atau khamr.

Peristiwa Isra dan Miraj merupakan peristiwa keimanan yang harus diyakini, dan kafir hukumnya bagi yang mengingkari.

Demikian Kultum Singkat Kisah Sejarah Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Mudah-mudahan Kita Bisa Mengambil Hikmahnya. Baca juga: Tulisan Arab Assalamu’Alaikum Yang Benar dan Artinya.