jumanto.com – Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, sudah sepantasnya kita meningkatkan amalan ibadah, termasuk membaca materi kultum singkat tentang kejujuran, substansi dari Puasa Ramadhan yang jarang kita aplikasikan. Sabar, kebersihan, bersyukur, sholat, ikhlas, dan amal-amal sholeh lainnya harus kita terapkan di bulan Ramadhan dalam rangka menuju taqwa, tujuan dari puasa.
Sebenarnya bukan cuma di bulan Ramadhan, amal-amal shalih, terutama sholat lima waktu, adalah sesuatu yang harus kita jalankan tiap harinya dalam rangka menggapai ridho Allah SWT.
Namun, sebagaimana kebiasaan masyarakat kita, dan memang sudah semestinya karena begitu istimewanya bulan suci Ramadhan, frekuensi ibadah kita di Bulan Ramadhan biasanya meningkat dibandingkan di bulan-bulan biasa.
Harapannya sih agar selepas puasa pun, frekuensi ibadah bisa tetap terjaga dan semakin meningkat, guna menjadi orang-orang yang beruntung.
Termasuk salah satu frekuensi ibadah yang meningkat adalah menuntut ilmu, banyak dai yang menyampaikan kultum, selepas sholat isya, shubuh, dhuhur, ashar, dan sebagainya.
Termasuk dari substansi dari puasa yang paling penting adalah kejujuran, oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin mendokumentasikan tulisan materi kultum singkat tentang kejujuran, sebagai buah hasil dari ibadah puasa.
Baca juga: Keistimewaan Bulan Ramadhan.
Materi Kultum Singkat tentang Kejujuran: Substansi Buah Hasil dari Ibadah Puasa Ramadhan
kultum singkat tentang kejujuran |
Berikut ini materi kultum singkat tentang kejujuran yang bisa kita ambil dari makna puasa Ramadhan:
Para hadirin yang saya hormati, alhamdulillah kita masih diberikan nikmat iman dan islam sehingga kita bisa berkumpul dalam majelis yang mulia ini.
Sholawat serta salam kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sholawat serta salam semoga tercurahkan juga kepada keluarga Beliau, Shohabat beliau, dan kita sebagai pengikut beliau semoga mendapatkan syafa’at di hari akhir nanti.
Para hadirin yang dimuliakan Allah, nilai-nilai kejujuran dalam Islam adalah sesuatu yang sangat penting yang semakin ke sini semakin langka dan semakin jarang kita jumpai.
Betapa banyak orang yang beribadah sehari-hari, sholatnya rajin, rajin memberikan ceramah, tetapi ternyata saat bekerja di kantor masih korupsi, masih gemar memakan uang perjalanan dinas fiktif, masih suka memanipulasi kwitansi, masih gemar membuat kwitansi fiktif, masih suka bertindak tidak jujur.
Betapa banyak pejabat di negeri ini yang berlaku arogan, sombong, tidak amanah, tidak jujur dalam mengelola uang rakyat.
Betapa banyak wakil rakyat yang tidak jujur, menilep uang rakyat, korupsi, padahal mayoritas dari mereka adalah umat Islam, dan mereka pun sholat serta berpuasa.
Mengapa bisa terjadi demikian?
Persoalan umat Islam sebenarnya satu: Umat Islam ini terlalu fokus pada formalitas ibadah, tapi tidak mengambil substansi dari ibadah itu sendiri.
Kalau kita perhatikan, pejabat-pejabat kita, para pegawai negeri kita, banyak di antara mereka yang rajin sholat, namun sholat hanya sebatas formalitas ibadah, sedangkan makna yang terkandung di dalam sholat tidak pernah diperhatikan.
Pun halnya dengan puasa, sebatas menahan lapar dan haus, padahal ada nilai penting dari ibadah puasa, yaitu nilai-nilai kejujuran yang murni berasal dari hati nurani paling dalam, tanpa pamrih, tanpa ingin dilihat orang.
Kalau kita perhatikan orang yang berpuasa, mereka pasti akan berlaku jujur, tidak akan makan, minum, dan melakukan hal yang membatalkan puasa, baik itu ada orang yang melihat maupun tidak ada orang yang melihat.
Orang yang bener-bener berpuasa, tidak akan sembunyi-sembunyi makan, tidak akan sembunyi-sembunyi minum, dan tidak akan memamerkan puasanya kepada orang lain.
Nilai-nilai seperti ini tidak diterapkan pada birokrat kita, mereka hanya takut berbohong jika dilihat orang, tapi jika tidak ada yang melihat, mereka akan berbuat curang, seolah-olah Allah tidak melihatnya.
Padahal, jika kita menggali makna puasa dan kita terapkan pada kehidupan sehari-hari, tentu kita bakal menjadi orang yang jujur.
Kejujuran itu amat mahal, karena makin jarang orang jujur di jaman sekarang. Makin banyak orang menyebar hoax, makin banyak orang menyebar fitnah, hanya untuk kepentingan politik.
Rajin sholat, rajin ibadah, tapi masih rajin memfitnah, itukah tujuan dari ibadah selama ini?
Para hadirin yang saya hormati, pada kesempatan kali ini, saya ingin mengajak, agar kita tidak hanya terjebak pada formalitas ibadah, tapi lebih dalam untuk menggali hasil dari ibadah itu sendiri.
Sholat seharusnya bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Jika kita tiap hari sholat, tetapi masih berbuat tidak jujur, tentu ada yang salah dengan sholat kita.
Jika kita tiap tahun puasa Ramadhan, tapi masih berlaku tidak jujur, tentu ada yang salah dengan puasa Ramadhan kita.
Apa gunanya kita memakan uang korupsi, atau menumpuk kekayaan dari uang korupsi, itu semua adalah tumpuhan api neraka yang siap membakar kita sewaktu-waktu.
Oleh karena itu, mari kita mencontoh perilaku orang bertakwa, bergaul dengan mereka, agar kita pun turut ketularan.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur (Q.S. At-Taubah: 119)
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta (Q.S. An-Nahl: 105)
Jujur (shidiq) adalah salah satu sifat Nabi yang harus kita tiru, lawannya adalah berbohong (kidzib). Nabi juga memiliki sifat amanah, yang kebalikannya adalah berkhianat.
Terkait dengan kejujuran, Rasulullah SAW juga bersabda:
“Hendaklah kalian berbuat jujur karena kejujuran menuntun kepada kebajikan. Dan kebajikan menuntun ke surga. Sesungguhnya seseorang yang jujur ditulis disisi Allah sebagai orang yang jujur”
Tidak ada orang jujur yang hancur, orang jujur pasti beruntung karena sudah dijanjikan akan dimasukkan ke Surga Allah SWT.
Nikmat mana lagi yang lebih agung dibandingkan dengan surga?
Para hadirin yang saya hormati, jujur itu indah, bagi orang yang terbiasa berbuat jujur. Tapi bagi orang yang sering berbuat curang, memang kejujuran mungkin akan pahit di awalnya, tapi setelah semua masalah selesai, kejujuran akan menampakan keindahannya.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, saya sekali lagi ingin mengajak, marilah kita gapai substansi ibadah, jangan hanya terjebak pada formalitasnya.
Ibadah yang baik pasti akan berimbas pada perangai akhlak yang makin baik.
Puasa yang baik akan menghasilkan orang-orang yang jujur dan bertakwa kepada Allah SWT.
Kurang lebihnya saya mohon maaf yang sebesar-bersarnya.
Wallahul muwafiq ilaa aqwamith Thoriiq.
Nah, itulah contoh materi kultum singkat tentang Kejujuran, sebagai hikmah inti dari puasa Ramadhan. Baca Juga: Niat Puasa Ramadhan yang Benar.